Resensi Novel Mariposa
mariposa
Penulis : Luluk HF
Penerbit : Coconut Books
Tahun Terbit : Desember 2018
Halaman : 496 halaman
Sinopsis
Novel Mariposa mengisahkan seorang gadis cantik
bernama Natasha Kay Loovi atau kerap disapa Acha yang memperjuangkan cintanya
terhadap seorang laki-laki berhati beku dan super dingin–bagaikan es–dengan
kehidupannya yang serba monoton, bernama Iqbal. Mereka berdua adalah siswa yang
sangat pintar di sekolah.
Bagi Acha, di kamus kehidupannya itu tidak ada kata
‘menyerah’, terutama untuk meluluhkan sikap dingin Iqbal dan dinding pertahanan
hati Iqbal yang tidak pernah disinggahi oleh perempuan manapun. Segala
penolakan dan sikap acuh tak acuh yang sering Iqbal lakukan, tidak akan membuat
Acha mundur untuk mendapatkan hatinya.
Bagaimana Acha bisa menyukai laki-laki berhati beku
seperti Iqbal?
Kelebihan
Novel Mariposa merupakan
salah satu bacaan yang ringan dan mudah dipahami. Hal itu dapat terlihat bahwa
penulis menggunakan pilihan kata atau diksi yang cenderung ringan sehingga
sesuai dengan target pasarnya yang sebagian besar dari kalangan remaja.
Bisa dikatakan, pilihan
kata yang dituangkan ke dalam cerita oleh Luluk–selaku penulis–adalah diksi
yang populer di kehidupan para remaja. Dengan demikian, akan menciptakan relasi
secara tidak langsung antara pembaca dan isi cerita yang telah ditulis oleh
sang penulis.
Adapun pemilihan kata
atau diksi populer yang dituangkan ke dalam novel Mariposa, seperti bentuk
sapaan gue dan lo, atau semacamnya. Hal itu terbukti bahwa memang masyarakat
Indonesia, khususnya remaja yang tinggal di perkotaan, cenderung menggunakan
bahasa sapaan seperti itu.
Selain itu, Mariposa bisa
dikatakan sebagai novel teenlit yang telah berkembang jauh apabila dibandingkan
dengan novel-novel teenlit di era 2000-an sebelumnya. Mariposa menciptakan
variasi baru yang mana karakter dari tokoh utama, yakni Iqbal dan Acha sebagai
sosok yang pandai dan berprestasi. Hal ini juga menjadi sebuah bentuk harapan
agar para remaja yang membaca novel Mariposa ini dapat mengambil sisi positif
tersebut.
Lazimnya, novel teenlit
akan menggambar terkait salah satu tokoh utama yang mempunyai karakter dominan
atau menonjol bertemu dengan tokoh utama lain dengan karakter yang lemah. Akan
tetapi, hal itu tidak dilakukan oleh sang penulis dalam novel Mariposa sebab
kedua tokoh utama mempunyai karakter yang saling dominan dan kuat.
Kemudian, Luluk selaku
penulis cerita Mariposa menangkis konsepsi bahwa perempuan itu harus menunggu.
Akan tetapi, di novel ini yang melakukan tindakan untuk pertama kalinya adalah
tokoh utama perempuan, yakni Acha. Acha mempunyai keberanian yang terbilang
luar biasa dalam menyatakan ketertarikannya kepada tokoh utama pria, yakni
Iqbal.
Acha mempunyai sikap
agresif yang telah ditunjukkannya sejak awal. Bisa dikatakan mungkin tidak ada
sosok Acha di kehidupan nyata. Kalaupun ada, akan membuat teman-teman yang ada
di sekitarnya menjadi malu sebab sikap agresifnya itu. Akan tetapi, hal itulah
yang menjadikan cerita Mariposa ini ‘hidup’.
Layaknya perempuan
kebanyakan, tokoh Acha dalam novel ini juga membutuhkan suatu bentuk penegasan
dari Iqbal, sang pujaan hatinya. Acha secara terbuka menyatakan perasaannya,
tetapi Iqbal selalu bersikap acuh tak acuh pada Acha. Penulis merepresentasikan
sosok Acha sebagai gadis remaja yang tidak ada lelahnya dalam meruntuhkan
kerasnya tembok pertahanan dari Iqbal.
Adapun konflik yang
digambarkan juga masih terbilang ringan, yaitu terkait perasaan remaja yang
membutuhkan penegasan dari pasangannya atau sang pujaan hati. Lalu,
penyelesaian konflik dari kedua tokoh utama pun, terbilang apik.
Hal itu digambarkan oleh penulis, yakni adanya ruang bagi para tokoh untuk mengutarakan terkait yang mereka rasakan, kemudian mencari penyelesaian dan jalan keluar atas konflik tersebut, serta saling berdamai. Dalam hal ini penulis juga membagi pesan tersirat agar para remaja dapat mempunyai jalan pikir demikian, yakni apabila ada masalah, jangan lari, melainkan diselesaikan secara baik-baik.
Dengan kata lain, penyelesaian konflik yang disuguhkan dalam novel Mariposa sangat manusiawi dan sangat bagus bila dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat remaja.
Kekurangan
Kelemahan dalam novel Mariposa terletak pada porsi
antara narasi dan dialog yang cenderung seimbang. Hal tersebut yang menjadikan
karakter dari tokoh dalam novel ini tidak tergambarkan secara mendalam. Narasi
yang minim tidak merepresentasikan secara dalam akan karakter dari tiap-tiap
tokoh sehingga masih terbilang ‘buram’.
Kemudian, masih terdapat beberapa penggunaan kata yang
tidak baku, seperti kata tau seharusnya “tahu”, lalu kata liat seharusnya
menjadi “lihat”. Namun, mungkin hal itu dilakukan untuk menyesuaikan dengan
konteks tuturan yang kerap digunakan oleh masyarakat Indonesia.
Kesimpulan
Dalam sebuah novel, tentu ada amanat yang hendak
disampaikan oleh penulis, baik itu yang disampaikan secara tersurat maupun
tersirat.
Dalam novel Mariposa tentu banyak amanat yang hendak
disuguhkan oleh Luluk selaku penulis, khususnya bagi para remaja. Hal itu di
antaranya memiliki semangat juang dan bersungguh-sungguh dalam berusaha untuk
menggapai sesuatu yang kita inginkan, serta jangan patah semangat bila hal itu
belum tergapai jua.
Kemudian, seperti pada tokoh Acha, ia memiliki sikap percaya diri tinggi, cerdas, dan ambisius sehingga sikap yang seperti itu membuat dirinya tidak mudah menyerah dalam menggapai apa yang diimpikan. Hal-hal demikian sangat diharapkan agar dapat dijadikan panutan positif bagi para remaja yang membaca novel Mariposa ini.
MasyaAllah, keren mudahan bermanfaat resensi nya ya Nak
BalasHapus